Gumpalan.com – Nilai tukar mata uang Indonesia (rupiah) terus melemah dibandingkan dengan mata uang dollar Amerika (USD).
Pada
perdagangan hari ini, Jumat (14/10), rupiah terkoreksi setelah data inflasi AS
September 2022 masih di atas perkiraan.
Data Bloomberg
menunjukkan nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp15.427 per dolar AS pada
penutupan.
Alhasil,
ruiah turun 0,43% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada
Kamis (13/10).
Dikutip
dari media, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan
bahwa penguatan indeks dolar AS karea laporan inflasi AS yang masih lebih
tinggi dari perkiraan.
Tercatat, inflasi
di Negeri Paman Sam pada September 2022 masih tinggi. Akan tetapi bila dibanding
Agustus 2022, indeks harga konsumen (IHK) AS pada September secara tahunan,
melambat menjadi 8,2% year on year.
Inflasi
September ini adalah angka terendah dalam tujuh bulan.
Data ini
memperkuat kemungkinan the Fed masih agresif menaikkan suku bunga.
Seperti
diketahui, Bank Sentral AS telah menaikkan suku bunga acuan 3% sejak Maret.
“Data
semalam memperkuat ekspektasi bahwa Fed akan kembali memberikan kenaikan suku bunga
acuan 75 basis poin (bps),” kata Ibrahim,dikutip dari Indopremier.
Adapun faktor
lain yang memperkuat posisi dolar AS adalah situasi ekomomi dunia saat ini
sedang menghadapi risiko yang makin meningkat, inflasi yang tinggi, pertumbuhan
upah, kerawanan energi dan pangan, risiko iklim, dan fragmentasi geopolitik.
Disebutkan
bahwa perang di Ukraina terus memperburuk keamanan pangan global dan krisis gizi
dengan harga energi, makanan, dan pupuk yang tinggi dan tidak stabil.
Ada juga kebijakan
perdagangan yang membatasi dan gangguan rantai pasokan.
Pandemi dan
perang di Ukraina telah membuat harga energi melonjak, mengakibatkan kekurangan
energi dan masalah keamanan energi.
Komentar pertama
BalasHapus